Archive for Desember 2013

Mendengar istilah kafein, kita biasanya langsung teringat akan minuman berwarna hitam yang disebut kopi. Ya, sebagaimana namanya, kopi memiliki kandungan utama berupa senyawa kafein. Namun jangan salah, selain terdapat pada kopi, kafein juga terkandung dalam jumlah besar
pada teh dan cokelat. Meskipun rasanya nikmat, namun tidak sedikit individu yang pantang terhadap minuman yang berasa pahit ini.
Jadi sebenarnya kopi itu berbahaya atau justru bermanfaat bagi tubuh? Berikut akan kita bahas mengenai dampak kafein untuk kesehatan. Kafein itu sendiri merupakan suatu senyawa berbentuk kristal.
Penyusun utamanya adalah senyawa
turunan protein disebut dengan purin xantin. Senyawa ini pada kondisi tubuh yang normal memang memiliki beberapa khasiat antara lain merupakan obat analgetik yang mampu menurunkan rasa sakit dan mengurangi demam. Akan tetapi, pada tubuh yang mempunyai masalah dengan keberadaan hormon metabolisme asam urat, maka kandungan kafein dalam tubuh akan memicu terbentuknya asam urat tinggi. Kadar asam urat tinggi merupakan salah satu penyakit yang dihindari karena dapat menimbulkan rasa sakit kronis, terbentuknya batu ginjal, bahkan jika deposit asam urat terdapat pada ginjal dapat merusak ginjal dan jika timbunan urat ada pada persendian dapat menimbulkan kerusakan
sendi dan tulang.
Dampak kafein untuk kesehatan lainnya adalah dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung dan hipertensi. Kafein memiliki kecenderungan untuk menghambat aktivitas hormon adenosin yang berfungsi dalam memperlebar pembuluh darah. Akibatnya, dinding pembuluh darah menjadi sempit dan tekanan darah meningkat sehingga terjadilah hipertensi. Selain itu kafein dapat memicu aktivitas hormon stress, yaitu kortikosteroid yang selanjutnya akan berhubungan dengan aktivitas saraf parasimpatik untuk meningkatkan frekuensi jantung di dalam memompa darah, sehingga denyut jantung menjadi lebih cepat. Denyut jantung yang cepat menambah resiko serangan jantung. Namun kafein yang terdapat pada teh dampaknya tidak seberat kopi, karena pada teh terdapat beberapa
komponen lain yang menetralisir efek kafein.
sumber : http://adf.ly/16643369/dampak-kafein-untuk-kesehatan
Dampak Kafein Untuk Kesehatan
Kata-kata “filsafat”, “filosofi”, “filosofis”, “filsuf”, “falsafi” bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya, kita acapkali tidak merisaukan hal itu, mungkin karena kita sendiri juga kurang paham dan belum berkesempatan memeriksa beberapa literatur atau pun bertanya kepada mereka yang berkompeten menjelaskan hal itu. Sementara itu, kita mengerti bahwa beberapa peristilahan ada karena memiliki latar belakang yang unik. Suatu peristilahan perlu dipahami konteks-nya untuk memperoleh kejelasan maknanya, baik itu konteks sosial, budaya bahkan politik. Karena suatu peristilahan pada hakikatnya adalah melukiskan atau pun mewakilisuatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dari yang dilukiskan atau diwakilinya.
Pada Posting selanjutnya tentang terminologi kita akan melihat bagaimana istilah-istilah yang disebutkan tadi bisa digunakan. Dalam blog ini juga dapat diperoleh uraian lebih lanjut mengenai relasi antara filsafat, ilmu dan agama; hal yang tak jarang menjadi bahan persoalan. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Mengapa seseorang perlu berfilsafat?”, atau “Untuk apa seseorang berfilsafat?”, yang terkadang bernada curiga ini, secara khusus dianalisis dalam mengapa?. Pertanyaan mendasarnya, “Mengapa (manusia) berfilsafat ?” Benarkah anggapan bahwa filsafat tidak membawa apa-apa bagi kepentingan manusia atau masyarakat pada umumnya? Bahwa filsafat hanya milik para filsuf dan mahasiswa filsafat?.
Kemudian, benarkah juga proposisi bahwa filsafat tidak mungkin dapat mempertanggungjawabkan pemikiran-pemikiran yang dihasilkan darinya, karena para filsuf adalah kumpulan pengelamun saja? Lagipula, mengapa harus filsafat yang berperanan dalam hal-hal yang kini “ditangani” oleh filsafat? Apakah tidak ada hal lain di luar filsafat yang mampu menyelidikinya? Pertanyaan-pertanyaan kritis tersebut akan dicoba untuk diperiksa. Pada posting bagian sejarah, kita akan melihat ringkasan sejarah filsafat Timur dan Barat. Kita akan berjumpa dengan pergulatan jaman dengan para pemikir, filsuf dan masyarakatnya. Kita mulai dengan mengenal sejumlah nama-nama : jaman atau periode apa ia disebut, siapa-siapa filsuf yang berpengaruh, pemikiran atau filsafat apa yang berkembang, dan seterusnya. Last but not least, filsafat terbagi dalam beberapa cabang dan aliran. Kita akan mengetahuinya pada Posting bagian Cabang dan Aliran yang memang dikhususkan untuk pembahasan itu.
Pengantar Filsafat
pagi hari ini saya melihat ada berita unik di acara tv tentang sepak bola, maka saya cari info lewat media online dan inilah beritanya
Inilah kisah asal mula kartu kuning dan merah di temukan:
Sepak bola telah ada dan dipertandingkan sejak abad 19, namun penggunaan kartu kuning dan merah baru terlaksana di pertengahan abad 20. Kisah ini berawal pada Piala Dunia 1966. Pada perempat final antara tuan rumah Inggris dan Argentina kebetulan wasit yang memimpin pertandingan berasal dari Jerman, yakni Rudolf reitlein.
Karena melakukan pelanggaran keras, kapten Argentina, Antonio Rattin, harus dikeluarkan oleh Kreitlein. Masalah perbedaan bahasa membuat hal ini sangat sulit. Wasit asal Jerman ini hanya tahu bahasa Jerman dan Inggris, sementara Rattin tak paham apa maksud wasit asal Jerman itu. Dia pun tak segera meninggalkan lapangan.
Wasit Inggris yang ikut bertugas di pertandingan itu, Ken Aston, kemudian masuk ke lapangan. Dengan sedikit modal bahasa Spanyol, dia merayu Rattin untuk meninggalkan lapangan.

Setelah kasus ini, Ken Aston kemudian berpikir. Harus ada komunikasi universal yang bisa langsung diketahui semua orang, ketika wasit memberi peringatan kepada pemain atau mengeluarkannya dari lapangan. Dengan demikian, wasit tak perlu harus membuat penjelasan dengan bahasa yang mungkin tak diketahui pemain.
Suatu hari, dia berhenti di perempatan jalan. Melihat lampu lalu lintas, tiba-tiba saja ide muncul di otaknya. Jawabannya adalah: kartu berwarna, merah dan kuning. Bila melakukan pelanggaran dan harus diberi peringatan keras, maka kartu kuning harus diberikan. Sementara kartu merah untuk sanksi berat, dan pemain yang melakukan pelanggaran berat itu harus keluar dari lapangan.
Ia pun segera mengirim usulan pada organisasi sepak bola dunia, FIFA. Dan, idenya langsung disetujui. Maka di Piala Dunia 1970, kartu kuning dan merah kali pertama digunakan. Ironisnya, sepanjang Piala Dunia 1970 tak satu pun pemain yang terkena kartu merah. Hanya kartu kuning yang sempat dilayangkan sehingga kartu merah tak bisa “pamer diri” pada Piala Dunia 1970.
Ada lagi satu hal unik lainnya. Meskipun ide tersebut datang dari wasit Inggris, negeri itu tak serta merta menerapkannya di kompetisi mereka. Kartu merah dan kuning baru digunakan di kompetisi sepak bola Inggris pada 1976. Pasalnya, wasit kemudian terlalu mudah mengeluarkan kartu dan diprotes banyak pemain. Oleh sebab itu, penggunaannya sempat dihentikan pada 1981 dan 1987.
Nah, seperti itulah asal muasalnya, jadi kartu kuning dan merah dalam permainan sepak bola itu sebenarnya terinspirasi dari warna traffic lights.
Sumber : http://penghuni60sains.blogspot.com/2013/02/sejarah-kartu-kuning-merah-di-sepak-bola.html
fakta unik kartu merah dan kuning dalam pertandingan sepak bola
Popular Posts
-
SEPAK TAKROW Pada Tahun 90’an permainan ini cukup populer di kampung-kampung. Namun, memasuki era melenium olahraga ini hampir-hamp...
-
Pengertian A. Pengertian Kebugaran Jasmani Apa yang dimaksud kebugaran jasmani ? Kebugaran jasmani adalah kesanggupan tubuh untuk melakuk...
-
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bo...

